Gua akan menceritakan sebuah kisah sederhana yang mungkin akan membuat kalian tertegun.
Suatu saat ketika, tinggal seorang anak bernama John. Ayah john adalah seorang pengukir kayu yang miskin. Ibu john meninggal saat john di lahirkan. Oleh karena itu, john sangat sayang kepada ayahnya.
Dari sisa-sisa kayu yang terbuang dari ukiran ayah john, john membuat sebuah biola yang cantik, dengan ukiran john dan ayah, buatan john. Senarnya ia dapatkan dari ayah temannya yang bekerja sebagai pembuat biola dan alat musik.
John belajar dengan sangat giat, dan dengan sendirinya, john mahir memainkan biolanya dengan sangat baik. Bahkan john sudah bisa menciptakan lagu untuk ayahnya.
Namun begitu, john tidak pernah memainkan biolanya di dalam rumah. Ia ingin semua yang sudah dibuatnya menjadi kejutan untuk ayahnya.
Pernah suatu saat ketika ia memainkan biolanya, ia tidak sadar bahwa ayahnya mendengarkan lirik lagu indah itu.
Sementara itu, suatu hari hasil penjualan ukiran kayu menjadi sedikit. Hari demi hari bahkan menurun hingga tidak ada pembeli sampai beberapa hari. Hal itu mungkin disebabkan karena kerajaan mematok harga pajak dengan sangat tinggi. Menyebabkan masyarakat mengurangi belanja, untuk menghemat uang.
Hal itu membuat si Pengukir Kayu menjadi stres dan tidak dapat berfikir jernih. Ia menjadi lebih mudah marah, dan amarahnya sangat meledak-ledak.
Saat itu hari sangat panas, namun masih tidak ada juga uang yang di dapat si Pengukir Kayu. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah.
Si Pengukir kayu tiba di rumah ketika john memainkan biolanya. Si Pengukir Kayu sangat marah. Ia memukul-mukulkan kepalan tangannya ke meja makan.
DAG DAG DAG
John pun menghentikan permainan biolanya, ia keluar kamarnya dan menemukan ayahnya sedang menangis, memikirkan nasib.
“ayah kenapa?” tanya john sembari membawakan segelas air untuk ayahnya.
“tidak, john. Tidak apa-apa”
“um, baik. Bagaimana jika segelas air untuk menenangkan pikiran mu ayah?”
“terimakasih anakku” kata si Pengukir kayu, lalu meminum segelas air yang dibawakan john. Lalu john pun pergi kekamarnya, tapi tidak memainkan biolanya.
“kasihan anak itu jika aku tidak memberikannya makan” pikir si Pengukir Kayu sambil menangis.
“tapi, aku sudah sangat tua, dan tidak mungkin bisa mengurusnya sampai ia dewasa, tuhan” kata si pengukir kayu sambil terisak. Isakkannya terdengar john, tapi john tidak keluar dari kamarnya.
Malam harinya, si pengukir kayu tertidur terduduk di tempat ia menangis tadi siang. John belum tertidur. Ia memikirkan ayahnya, mengapa ayahnya menangis sambil sangat terisak seperti itu.
Karena haus, john keluar ke dapur untuk mengambil segelas air, tapi ia melihat ayahnya tertidur di kursi. John pun menggotong ayahnya ke kamar, dan menidurkannya di tempat tidur. John begitu dekat dengan ayahnya, tapi ada yang john tidak tau, si pengukir kayu sudah menulis surat wasiatnya.
Keesokkan paginya, john terbangun siang karena semalam ia susah tertidur. Ia melihat ke kamar ayahnya, ayahnya sudah pergi menjual ukiran. John –yang tidak sekolah karena tidak ada dana—memainkan biolanya di dalam rumah.
Permainan biola john sangat bagus, meski ia belajar sendiri. Ia bahkan pernah di puji oleh ayah temannya, si pedagang sayur. Si pedagang sayur yang berdagang berbeda pasar dengan si pengukir kayu juga merasakan kesulitan dagang yang belakangan ini membelit. Ia menyarankan kepada john, supaya ia mengamen saja untuk ayahnya.
“itu permainan biola yang sangat bagus, nak” puji si tukang sayur dengan nada sangat lembut.
“terimakasih sir” kata john sambil tersipu malu.
“jika kau memainkan biolamu itu di kafe-kafe kopi, kau pasti akan mendapatkan banyak uang ! sedikitnya, kau bisa membantu ayahmu yang sudah tua itu kan?”
“maaf, sir. Saya tidak pernah berfikir itu”
Mengingat hal itu, john segera bergegas dan mandi. Ia mengenakan pakaian terbaiknya, meski untuk mengamen, ia pikir, penampilan juga akan sangat berpengaruh. Apa lagi ia akan mengamen di kafe.
Tak lupa ia membawa sebuah bandul berisi foto ibunya. Bandul itu adalah benda kesayangan john dan ayahnya. John membawa bandul itu untuk keberuntungan.
Ketika si pengukir kayu sampai di rumah, ia tidak mendapati john berada di kamarnya, atau di sekeliling rumah. Itu sudah biasa.
“paling-paling bermain dengan temannya” pikir si pengukir kayu
Si pengukir kayu terduduk di kursi meja makan. Ia kembali membaca suratnya, dan ia menangis. Menangis di hadapan tuhan.
Setidaknya, sudah 2 Minggu john pergi mengamen, dan tidak penah terlihat oleh ayahnya. John selalu berangkat pagi ketika ayahnya sudah berangkat, dan pulang larut malam ketika ayahnya sudah tertidur. Hal ini membuat ayah john terheran dan marah.
John sudah mengumpulkan banyak uang selama dua minggu. Ia mengamen bersama sahabatnya, Genia, anak si pembuat alat musik. Genia bisa menyanyi sedikit. Ia menyanyikan lagu yang john ciptakan untuk ayahnya. Liriknya sederhana, namun jika sudah dinyanyikan oleh Genia, lagu itu bisa berubah menjadi lagu yang sangat menyentuh, apalagi dengan permainan biola john yang sangat indah.
“lihat, koin-koin emas yang kita dapat dari si kaya itu!” kata genia ketika john dan genia menghitung penghasilan mereka.
“ini uang yang banyak!” kata john sambil tersenyum bangga
“kau sangat sayang kepada ayahmu, john?” tanya genia.
“tentu!” jawab john pasti
“mengapa?”
Mengapa?
“karena ia telah membesarkan aku seperti seorang ibu. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga ku ketika aku masih sangat bayi, dan sementara ibuku tercinta menghembuskan napas terakhir. Ia juga mencarikan aku susu ketika aku menangis. Ia, lelaki yang menjaga ku sampai aku sebesar ini, dan ia sudah seperti ibu bagiku. Jadi. Sudah pasti aku sangat menyayangi ia”
“kau anak yang baik sekali, john”
“kau tidak perlu membagi uang ini dengan ku. Ini uang mu. Lagumu sangat indah, dan membuat aku menangis di dalam hatiku. Itu lagu yang luar biasa. Bagaimana kau bisa menciptakan lagu indah itu?”
“mungkin rasa sayangku yang membuatnya. Hahaha. Sudahlah!”
Dan, demikian kedua sahabat itu tertawa di bawah pohon rindang, di kaki bukit, dan john memaparkan rencananya ketika mereka sampai di rumah.
Si pengukir kayu sangat geram karena setiap hari tidak menemukan john. Dan disaat ia memikirkan john, john tiba dengan membawa sebuah biola. Biola yang belum pernah si pengukir kayu lihat. Biola itu sangat indah, dengan ukiran “John dan ayah” buatannya. Tapi hal itu tetap tidak membuat marah ayah john menyusut, malah semakin marah.
“kemana saja kau!!” tanya ayah john dengan nada sangat marah
“a..ak..ku,”
“dan apa itu!!”
Ini tidak tepat ! bukan seperti ini yang john ingin kan. Ia menginginkan ayahnya senang ketika ia melihat ukiran biolanya. Tapi ayahnya malah marah.
Ia sudah menciptakan lagu yang indah untuk ayahnya, dan ia pikir, inilah saat yang tepat untuk menyanyikan lagu itu –dengan suaranya sendiri-- .ia sudah sangat bersusah payah berlatih biola dengan sangat indah, untuk menghibur ayahnya, tapi ayahnya selalu marah-marah. Namun kali ini marahnya berada di puncak.
“jawab pertanyaan ayahmu ini john !”
“kenapa ayah marah begini?”
“kenapa aku marah? Kenapa? Pikir sendiri, bagaimana kelak kau memiliki anak nanti dan kau tidak melihatnya selama 2 minggu. Kau pikir apa yang kurasakan?”
“maaf , yah”
Ia mengambil sebungkus besar uang dari kantong mantel nya. Koin-koin emas hasil mengamen selama 2 minggu. John juga membuat sebuah puisi. Puisi itu dia masukan kedalam amplop dan ia masukkan kedalam bungkusan uang itu.
“aku hanya mau ayah menerima ini”
John menyerahkan kantung yang berisi uang dan puisi itu diatas meja makan. Ayah john terhenyak, dan melihat apa yang ada di dalam kantung itu, karena ia melihat john merasa berat ketika mengeluarkannya dari mantelnya.
Si pengukir kayu melihat hal yang sudah lama tidak ia lihat. Koin-koin emas. Ini yang ia perlukan dan john yang memberikannya. Ia juga menemukan sebuah kertas, berisi surat dan puisi ciptaan john.
Ayah, ketika aku tidak ada di rumah, berarti ada yang sedang aku lakukan untukmu. Aku pergi selama 2 minggu ketika kau pergi, dan pulang, ketika kau sudah terlelap untuk mendapatkan benda ini. Ku pikir, benda ini akan menghiburmu. Hahaha..
Akhirnya, john mengurungkan niatnya untuk menyanyi dihadapan ayahnya, ia masuk kedalam kamarnya, dan mengunci diri dalam diam.
Setelah beberapa menit, emosi john sudah sangat memuncak, ia pun mengambil biolanya dan memainkan sebuah lagu, lagu yang ia ciptakan untuk ayahnya. Lagu itu entah mengapa menjadi lebih indah daripada biasanya.
Si pengukir kayu, mendengar permainan biola dari anaknya. Ia mendengar lirik-lirik indah dari lagu john. Ia pun melangkah ke arah kamar john dan mengetuk-ngetuk pintu kamar john, tapi ia menolak membukannya.
“maafkan ayah john.” Kata si pengukir kayu sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar john.
Tapi, john memainakn biolanya sangat keras, hingga ia tidak mendengar suara apapun.
Akhirnya, si pengukir kayu pun mendobrak pintu kamar john. John menghentikan permainannya dan memeluk ayahnya yang sangat ia cintai.
“maafkan ayah nak,”
Semalaman john memainkan biolanya di depan ayahnya, dan ia melihat raut wajah yang sangat lama sudah tidak ia lihat. Raut muka senang ayahnya. Si pengukir kayu terlihat sangat senang, dan melupakan beban hidup yang selama ini membebani nya.
Semalaman itu kebahagiaan terasa dari dalam rumah. Namun, ketika john memainkan biolanya untuk lagu-lagu berirama semangat, ayahnya malah tertidur namun tidak menghembuskan nafas tapi john tidak menyadarinya.
Ia menggotong ayahnya ke kamar, dan menidurkan nya. Si pengukir kayu tertidur dalam senyum.
Esok paginya, john bangun lebih pagi. Ia berniat membangunkan ayahnya, supaya mereka bisa sarapan pagi ini.tapi, ayah john, tidak bangun.
John pun membangunkan ayahnya, tapi ayahnya tak juga kunjung bangun. Mungkin sangat kelelahan, ini juga masih terlalu pagi. Tapi ketika siang, ayahnya juga masih belum bangun dari tidurnya. Kalau bagitu, ia memutuskan untuk merapikan kamar ayahnya yang sudah lama tidak dibersihkan. Namun, ia menemukan sebuah kertas. Berisi tulisan tangan ayahnya. dan ia seperti mengenal beberapa bagian dari surat itu,
John, anakku. Tuhan mungkin sudah menakdirkanmu hidup bersamaku. Aku bangga padamu, nak. Sangat bangga. Bangga pada dirimu, dan juga diriku sendiri. Karena aku sudah membesarkanmu dengan segala daya upayaku, dan kau sudah mau mengurusi aku, orang tua yang bekerja sebagai pengukir kayu.
Semua orang ingin dicintai, jangan menyerah, karena kamu adalah cinta. Jika gelap membutakanmu, aku akan bersinar menerangimu.
biarkan matahari masuk kedalam hati, sehingga hatiku bisa bersinar sangat terang
anakku, aku akan tertidur dalam senyum ketika saat itu datang.
Aku akan tertidur nyenyak karena aku sudah mendengar lirik-lirik indah dari seseorang yang sangat luar biasa ! aku mendengar sebuah lagu indah dari seorang anak yang sangat menyayangi aku, si pengukir kayu sehingga lagu itu akan menjadi lagu yang menghantarkan aku tertidur
Dan john hanya bisa terdiam
Saat itu sudah datang, dan ayahnya tertidur sangat nyenyak
Syeftyawan suhada
0 komentar:
Posting Komentar