Masih inget ga dengan kejadian terbobolnya pengamanan Presiden RI di Bali saat akan membacakan pidato, oleh seorang tukang kebun? Iya, yang itu! Kejadian itu sempet menjadi buah bibir di masyarakat dan media pers Indonesia, bahkan disindir oleh seorang pelawak stand up yang mengatakan bahwa pemerintahan Indonesia lebih mengutamakan orang yang banyak bicara daripada orang yang banyak bekerja.
Setelah gua mendengar sindiran dari komedian stand up itu, gua berpikir, ’lebih banyak berbicara dan lebih banyak bekerja’ –nya ini sepertinya ada benarnya.
Gua ga abis pikir, kenapa seorang yang akan bekerja malah ditahan dan disangka macem-macem hanya untuk melindungi orang yang akan bicara? Ini kan ironi banget!
Ironi tersebut membuat hati gua tergerak untuk menulis surat untuk sang Presiden Indonesia. Mungkin, suratnya seperti ini.
Kepada Yang Terhormat :
Presiden Republik Indonesia
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
Di Istana Negara – Jakarta
Assalaamualaikum. Wr. Wb
Salam sejahtera bagi kita semua.
Pertama-tama saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Presiden Republik Indonesia yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca surat kecil saya ini. Semoga setelah Bapak Presiden membaca surat ini, hati Bapak dapat terketuk dan melakukan tindakan perubahan.
Yang saya hormati
Bapak Presiden Indonesia
Izinkanlah saya memperkenalkan diri saya dan keluarga saya. Nama saya Syeftyawan Suhada. Saya adalah siswa kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Bandung. Anak dari Ayahanda Samsul Dani dan Ibunda Erni, adik dari Angga Rangga Saputra dan kakak dari Suci Rahmadani Putri.
Yang saya hormati
Bapak Presiden Indonesia
Suatu malam saya menonton acara ditelevisi. Ada berita tentang penangkapan seorang tukang kebun polos dari Bali yang akan berangkat bekerja, oleh petugas keamanan Presiden Republik Indonesia, yang hendak melindungi ‘seseorang yang akan berbicara’. Si tukang kebun polos yang tua renta itu tidak dapat menyembunyikan ekspresi keheranan dan melakukan perlawanan hingga akhirnya dia harus ditahan dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Setelah menonton acara tersebut, beberapa hari kemudian, disebuah acara komedi disalahsatu stasiun televisi swasta, ada seseorang yang sepertinya juga mengikuti pemberitaan tentang penangkapan seseorang yang akan bekerja demi melindungi ’seseorang yang akan berbicara’ melontarkan guyonan sindiran tentang berita tersebut,
“ini membuktikan sebuah hal bahwa ‘pemerintah negara ini’ lebih pro terhadap seseorang yang banyak bicara daripada orang yang banyak bekerja’ dan para penonton termasuk sayapun tertawa. Dan sungguh sebenarnya hal itu merupakan sebuah ironi.
Bapak Presiden Indonesia Yang Terhormat
Sedianya apabila Bapak berkenan, tolong, tolong, tolong sekali lakukan perubahan untuk negeri ini dengan tidak terlalu banyak berdiri dibelakan podium kehormatan dan berbicara panjang lebar tentang kesejahteraan rakyat jelata negeri ini tanpa adanya tindakan kerja yang nyata. Karena sesungguhnya kami tidak butuh pidato Bapak, sekalipun pidato itu merupakan nyanyian dan lagu-lagu.
Sedianya apabila Bapak berkenan, tolong, tolong, tolong sekali Bapak meminta maaf kepada tukang kebun polos tersebut atas tindakan petugas keamanan Presiden Republik Indonesia yang bertugas untuk melindungi Bapak. Karena sesungguhnya Bapak petani yang teraniaya tersebut akan melakukan tindakan mulia, bukan seperti yang dituduhkan oleh petugas keamanan.
Semoga setelah membaca surat ini, Bapak terketuk hatinya dan bersedia melakukan perubahan bagi negeri ini.
Demikianlah surat kecil dari saya –rakyat jelata—ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata, karena saya bukan seorang yang pandai berkata-kata, apalagi menciptakan lagu.
Sebelum saya menutup surat ini dengan salam, saya memiliki pantun sederhana,
Bapak ari pergi ke kota
Pergi ke kota mengajak aji
Bapak Presiden RI pandai berkata-kata
Berkata-kata, tidak tepat janji
Assalaamualaikum. Wr. Wb
Syeftyawan Suhada
gila agak nyelekit bosss
BalasHapushoho.. septi itu ga pernah berani bikin postingan dari isu. semua artikel yang septi bikin seenggaknya bisa dibuktikan dengan nalar manusia/logika atau secara objektif bisa langsung terlihat.
BalasHapuskalo nyelekit, emang begitu keadaanya, itu sebuah gambaran betapa npemimpin negeri ini sudah harus sadar akan tanggung jawabnya, bukan malah bikin lagu atau cuma bisa pidato di belakang podium. pidato sby ga bisa memberikan apapun untuk rakyat ini. pidato aja ga ada gunanya, apa lagi lagu-lagunya. bukan sby ga boleh berkarya, tapi ada sebuah prioritas yang harus dikerjakan daripada sekedar bikin lagu.
iya sih tapi agak nyelekit tuh bagian ini loh , kan jadi presiden tuh susah . jadi kita sebagai rakyat bukan menyalahkan , tapi memberi solusi dan dukungan
BalasHapus"Berkata-kata, tidak tepat janji"
"Berkata-kata, tidak tepat janji" nah ini yang nyelekitnya haha
BalasHapus